RARA

Friday, May 17, 2019

FOOD TERMINOLOGY

FOOD TERMINOLOGY



1. Dodol
Dodol merupakan makanan tradisional yang cukup popular dibeberapa daerahIndonesia. Dodol diklasifikasikan menjadi dua, yaitu dodol yang diolah dari buah-buahan dan dodol yang diolah dari tepung-tepungan, antara lain tepung beras dan tepung ketan. Saat ini dodol lebih dikenal dengan nama daerah asal seperti dodol garut, dodol kudus atau jenang kudus, gelamai Sumatra barat dan Kalimantan, dodol buah-buahan seperti dodol apel, dodol stroberi, dodol papaya, dan sebagainya.

2. Kue Cubit
Kue cubit merupakan jajanan populer di Jakarta. Kue berukuran kecil ini dan biasa dijajakan di depan sekolah oleh pedagang kaki lima. Kue cubit menggunakan campuran susu dan tepung terigu sebagai komponen utamanya.


3.Baje Bandong
Baje BandKue Putu Cangkiriong merupakan salah satu kue tradisional yang berasal dari Bugis, Makassar dan Mandar Sulawesi Selatan. Kue ini terbuat dari beras ketan putih yang dicampur dengan gula pasir dan kelapa parut. Dengan citarasa manis yang khas Kue Baje ini menjadi salah satu oleh-oleh wajib saat berkunjung ke Bugis-Makassar.

4.Kue Putu Cangkiri
adalah salah satu makanan khas dari Sulawesi Selatan yang berbentuk seperti cangkir hanya saja dalam ukuran yang lebih kecil yaitu sekitar sepertiga dari ukuran cangkir teh pada umumnya, karena itulah namanya putu cangkiri’ di mana kata cangkiri’ merujuk pada kata cangkir.

5. Songkolo Bagadang
Songkolo Bagadang adalah makanan khas Bugis Makassar di Sulawesi Selatan. Songkolo adalah beras ketan yang diolah dengan cara dikukus atau direbus kemudian disajikan dengan taburan kelapa yang gurih dan manis dengan pendamping ikan asin dan sambal tumis. Biasanya dikemas menggunakan daun pisang. Di Makassar, makanan ini biasanya dijual pada saat mulai malam sampai pagi hari. Sesuai namanya ”Bagadang” (begadang), makanan ini dikonsumsi pada malam hari oleh para penjelajah malam seperti pekerja malam atau orang-orang yang aktivitasnya di malam hari.



6. Panada
Panada adalah cemilan yang mirip dengan pastel, namun memiliki perbedaan mendasar pada bahan kulitnya dan isiannya. Jika biasanya pastel dibuat dengan kulit pastry, maka panada dibuat menggunakan luaran dengan bahan pembuatan seperti roti. Maksudnya kulitnya dibuat mirip roti, yaitu dibuat dengan tepung terigu, telur ayam, garam, dan ragi instan. Sedangkan untuk isiannya kebanyakan diisi dengan ikan, khusunya ikan cakalang yang melimpah di Sulawesi. Walaupun kadang-kadang ada yang menggunakan isian daging ayam dan sayuran seperti pastel.

7. Sinonggi
Sinonggi merupakan makanan yang terbuat dari sari pati sagu, yang hampir mirip dengan papeda di Maluku atau kapurung di Sulawesi Selatan. Keduanya sama dalam hal bahan, dan cara pemasakannya, namun yang membuatnya berbeda adalah teman makannya. Biasanya sinonggi akan dimakan bersama dengan sayur, kuah ikan, atau dabu-dabu alias sambal. Bentuknya lengket seperti lem, dan menjadi makanan pokok bagi suku Tolaki sedari dulu, walaupun kini telah menjadi makanan sekunder setelah digantikan oleh nasi. Suku Tolaku sendiri adalah suku asli masyarakat kota Kendari, Sulawesi Tenggara.


8. Bubur Sagela
Sagela sendiri adalah ikan yang dikeringkan, sedangkan kebanyakan bubur sagela dibuat dari ikan roa. Roa sendiri adalah sejenis ikan terbang yang dapat dengan mudah ditemui di sekitar perairan Sulawesi. Setelah ikan roa kering jadi, selanjutnya dagingnya harus diambil untuk bisa dijadikan menjadi bubur sagela.

9. Sate Kambing Balanga
Sate kambing balanga merupakan olahan dari daging kambing yang dimasak dengan balanga atau bisa juga dimasak di wajan. Walaupun namanya sate, sebenarnya olahan ini berbeda dengan sate kebanyakan, karena sama sekali tak menggunakan tusukan pada daging-dagingnya. Pembuatnya adalah ibu Hanifah yang juga pemilik Rumah Makan Diva di Gorontalo yang punya resep turun-temurun. Olahannya ini bahkan pernah dipamerkan di acara ‘Bango Berikan Inspirasi Kelezatan Hidangan Kuliner Kambing’.
10. Kue Lontar
Kue lontar merupakan kue khas Papua yang menurut sejarah kedatangannya dibawa oleh orang-orang Belanda pada masa lalu. Pada mulanya kue ini disebut dengan rontart, tapi karena agak sulit dilafalkan maka penduduk Papua akhirnya menyebut kue ini menjadi kue lontar.

No comments:

Post a Comment